A.
Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari
rumah sakit adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan
atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru
disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2001).
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam
tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh
mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke
tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang
berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Soeparman,
2001).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat
dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara
maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang
cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi
nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit
mengalami infeksi yang baru selama dirawat – 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di
Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004
menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru
selama dirawat
Hal-hal yang berhubungan dengan
infeksi nosokomial : (Panjaitan, B, 1989)
1. secara
umum infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan penderita selama dirawat
dirumah sakit.
2. Infeksi
nosokomial sukar diatasi karena sebagai penyebabnya adalah mikro organisme /
bakteri yang sudah resisten terhadap anti biotika.
3. Bila
terjadi infeksi nosokomial, makaakan terjadi penderitaan yang berpanjangan
serta pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang bertambah tinggi
kadangkadang kualitas hidup penderita akan menurun.
4. Infeksi
nosokomial disamping berbahaya bagi penderita, jugaberbahaya bagi lingkungan
baik selamadirawat dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit setelah berobat
jalan.
5. Dengan
pengendalian infeksi nosokomial akan menghembat biaya dan waktu yang terbuang.
6. Dinegara
yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional, sehingga
bila angka infeksi nosokomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin
operasionalnya dipertimbangkan untuk dicabut oleh instansi yang berwenang
B.
Batasan-Batasan Infeksi Nosokomial
Infeksi
nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infection” apabila memenuhi
batasan / criteria sebagai berikut:
1. Apabila
pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
2. Pada
waktu penderita mulai dirawat tidak dalammasa inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda
infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat.
4. Infeksi
tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.
5. Bila
pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapiterbukti
bahwa infeksi didapat penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum
pernah dilaporkan sebagai indeksi nosokomial.
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial
Secara
umum factor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri atas 2 bagian
besar, yaitu : (Roeshadi, D, 1991)
1. Faktor
endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya tahan tubuh dan kondisikondisi
lokal)
2. Faktor
eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang merawat, alat medis, serta
lingkungan)
Untuk
mudahnya bagaimana seorang pasien mendapat infeksi nosokomial selama dirawat di
RS dapat diringkas sebagai berikut :
1. Pasien
mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya sendiri (auto infeksi)
2. Pasien
mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang merwat di RS
3. Pasien
mendapat infeksi nosokomial melalui pasien-pasien yang dirawat ditempat /
ruangan yang samadi RS tersebut.
4. Pasien
mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga pasien yang bekunjung kerumah
sakit tersebut.
5. Pasien
mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan yang dipakai dirumah sakit
tersebut.
6. Pasien
mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan makanan yang disediakan rumah
sakit ataupun yang didapatnya dari luar rumah sakit.
7. Disamping
ke-6 cara-cara terjadinya infeksi nosokomial seperti yang dinyatakan diatas,
maka faktor lingkungan tidak kalah penting sebagai factor penunjang untuk
terjadinya infeksi nosokomial, faktor lingkungan tersebut adalah
·
Air
·
Bahan yang harus di buang ( Disposial)
·
Udara
D. Penyebab
Infeksi Nosokomial
1. Agen
infeksi
Pasien
akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit.
Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu
menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
a) karakteristik
mikroorganisme,
b) resistensi
terhadap zat-zat antibiotika,
c) tingkat
virulensi,
d) dan
banyaknya materi infeksius.
Semua
mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal
dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi
di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit
yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang
tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan
disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal, (Ducel,
2001).
2. Bakteri
Bakteri
dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan
bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri
patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia
tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya
Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik. Contohnya :
a) Anaerobik
Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
b) Bakteri
gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung
dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh
darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
c) Bakteri
gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang
dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
d) Serratia
marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.
3. Virus
Banyak
kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk
virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis,
suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan
enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute
faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme
lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit
kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial
adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan
varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan (Wenzel, 2002)
4. Parasit
dan jamur
Beberapa
parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa
maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat
antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida
albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
5. Faktor
alat
Dari
suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan infeksi dari
kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit,
infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian infus dan kateter urin lama
yang tidak diganti-ganti. Diruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien
memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa
gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
E.
Proses Penularan Infeksi Nosokomial
1.
Langsung
antara pasien dan
personel yang merawat atau menjaga pasien
2.
Tidak langsung
a) obyek
tidak bersemangat atau kondisi lemah
b) lingkungan
menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan (Sebagai contoh
perawatan luka pasca operasi)
c) penularan
cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke udara (air borne)
d) Penularan
melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau serangga yang membawa kuman
Selain
itu penularan infeksi nosokomial yaitu
1. Penularan
secara kontak
Penularan ini dapat
terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak
langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu,
misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A
secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda
mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan
medis oleh mikroorganisme.
2. Penularan
melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui
benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit
pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicleadalah
darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3. Penularan
melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi
bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai
penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya
mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas
(staphylococcus) dan tuberculosis.
4. Penularan
dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara
eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya
terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
vector misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.
Penularan
secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat
terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau
tidak mengalami perubahan biologis, misalnya yersenia pestis pada ginjal
(flea).
Sekian postingan hari ini, semoga bermanfaat.